Kekerasan adalah tindakan yang menyakitkan atau merugikan individu atau kelompok, baik secara fisik, emosional, atau psikologis. Dalam psikologi sosial, kekerasan dapat dilihat sebagai hasil dari interaksi sosial yang tidak sehat antara individu atau kelompok.
Penelitian psikologi sosial telah menunjukkan bahwa beberapa faktor dapat mempengaruhi tingkat kekerasan dalam suatu masyarakat, termasuk:
Faktor
sosial ekonomi
Kemiskinan dapat meningkatkan tingkat kekerasan karena individu atau kelompok yang hidup dalam kondisi ekonomi yang buruk cenderung lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental dan sosial, seperti depresi, kecemasan, dan masalah interpersonal. Hal ini juga dapat menyebabkan individu atau kelompok untuk menjadi lebih agresif dan cenderung melakukan tindak kekerasan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Pengangguran juga dapat meningkatkan tingkat kekerasan karena individu yang tidak memiliki pekerjaan cenderung merasa tidak berharga dan tidak memiliki sumber pendapatan yang stabil. Hal ini dapat menyebabkan individu untuk menjadi lebih agresif dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Ketidaksetaraan ekonomi dapat meningkatkan tingkat kekerasan karena individu atau kelompok yang hidup dalam kondisi ekonomi yang lebih buruk cenderung merasa tidak adil dan cenderung memiliki perasaan frustasi yang kuat terhadap individu atau kelompok yang hidup dalam kondisi ekonomi yang lebih baik. Hal ini dapat menyebabkan individu atau kelompok untuk menjadi lebih agresif dan melakukan tindak kekerasan terhadap individu atau kelompok yang dianggap sebagai pemicu perasaan frustasi tersebut.
Namun perlu diingat bahwa kekerasan bukan hanya terjadi pada individu yang hidup dalam kondisi ekonomi yang buruk saja, tetapi juga dapat terjadi pada individu yang hidup dalam kondisi ekonomi yang baik. Kekerasan dapat terjadi karena banyak faktor yang saling berinteraksi dan tidak hanya dapat direduksi hanya dengan mengatasi masalah ekonomi saja.
Illustrasi gambar diambil dari: https://kabar24.bisnis.com/read/20221004/16/1584162/mengulik-uu-kdrt-termasuk-kekerasan-psikis-maksimal-penjara-15-tahun
Lingkungan yang tidak aman dapat meningkatkan risiko kekerasan karena individu atau kelompok yang hidup dalam kondisi yang tidak aman cenderung merasa tidak nyaman atau tidak aman, dan cenderung lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental dan sosial, seperti depresi, kecemasan, dan masalah interpersonal. Hal ini dapat menyebabkan individu atau kelompok untuk menjadi lebih agresif dan melakukan tindak kekerasan untuk mempertahankan diri atau untuk mencari jalan keluar dari situasi yang tidak aman.
Lingkungan yang kurang stabil juga dapat meningkatkan risiko kekerasan karena individu atau kelompok yang hidup dalam kondisi yang kurang stabil cenderung merasa tidak aman dan tidak stabil, dan cenderung lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental dan sosial, seperti depresi, kecemasan, dan masalah interpersonal. Hal ini dapat menyebabkan individu atau kelompok untuk menjadi lebih agresif dan melakukan tindak kekerasan untuk mempertahankan diri atau untuk mencari jalan keluar dari situasi yang tidak stabil.
Lingkungan yang tidak aman atau kurang stabil dapat meningkatkan risiko kekerasan yang terjadi pada individu atau kelompok yang tidak memil iki dukungan sosial yang cukup atau tidak memiliki akses ke sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Hal ini dapat menyebabkan individu atau kelompok untuk merasa tidak memiliki pilihan selain untuk mengambil tindakan kekerasan untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka atau untuk mempertahankan diri.
Selain itu, lingkungan yang tidak aman atau kurang stabil dapat meningkatkan eksposur terhadap tindak kekerasan, seperti kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan di tempat kerja, dan kekerasan dalam masyarakat. Hal ini dapat menyebabkan individu atau kelompok untuk menjadi lebih rentan terhadap tindak kekerasan dan lebih mungkin untuk menjadi korban atau pelaku kekerasan.
Norma dan nilai yang mendorong atau mengabaikan kekerasan dapat mempengaruhi tingkat kekerasan dalam suatu masyarakat. Norma dan nilai yang mendorong kekerasan dapat menyebabkan individu atau kelompok untuk menganggap kekerasan sebagai cara yang diterima untuk mengatasi masalah atau mencapai tujuan. Hal ini dapat menyebabkan individu atau kelompok untuk menjadi lebih agresif dan melakukan tindak kekerasan dengan lebih mudah.
Sementara itu, norma dan nilai yang mengabaikan kekerasan dapat menyebabkan individu atau kelompok untuk menganggap kekerasan sebagai hal yang tidak penting atau tidak perlu diperhatikan. Hal ini dapat menyebabkan individu atau kelompok untuk tidak mengambil tindakan untuk mencegah atau mengatasi kekerasan, dan dapat menyebabkan kekerasan terus berlanjut tanpa ada intervensi.
Beberapa contoh norma dan nilai yang mendor ong kekerasan dalam beberapa budaya mungkin termasuk konsep "kekerasan untuk kekerasan" atau "membalas dendam" yang dapat mendorong individu untuk melakukan tindak kekerasan sebagai cara untuk membalas perlakuan yang dianggap tidak adil. Juga, ada norma yang mendorong dominasi maskulin atau superioritas grup tertentu yang dapat mendorong tindak kekerasan untuk menunjukkan kekuasaan atau menakuti orang lain.
Sedangkan norma dan nilai yang mengabaikan kekerasan dapat berupa sikap "memendam dendam" atau "memaafkan" yang dapat menyebabkan individu atau kelompok untuk tidak mengambil tindakan untuk mengatasi atau melaporkan tindak kekerasan yang mereka alami. Juga, ada norma yang mengabaikan atau mengutuk korban kekerasan atau memperlakukan kekerasan sebagai masalah pribadi yang tidak perlu dibicarakan secara publik.
Faktor individual
Faktor individual, seperti masalah mental, permasalahan dalam hubungan, dan pengalaman masa lalu yang traumatis, dapat mempengaruhi individu untuk menjadi agresif dan menyebabkan kekerasan.
Masalah mental, seperti gangguan kepribadian, gangguan afektif, atau gangguan kecemasan, dapat mempengaruhi individu untuk menjadi lebih agresif dan lebih mungkin untuk melakukan tindak kekerasan. Beberapa contoh masalah mental yang dapat mempengaruhi kekerasan termasuk gangguan kepribadian antisosial, borderline, atau paranoid, skizofrenia, depresi, atau PTSD.
Permasalahan dalam hubungan, seperti konflik yang tidak terselesaikan, komunikasi yang buruk, atau perselingkuhan, dapat mempengaruhi individu untuk menjadi lebih agresif dan lebih mungkin untuk melakukan tindak kekerasan dalam hubungannya.
Pengalaman masa lalu yang traumatis, seperti kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, atau perang, dapat mempengaruhi ind ividu untuk menjadi lebih agresif dan lebih mungkin untuk melakukan tindak kekerasan. Individu yang mengalami pengalaman traumatis dapat mengalami masalah kesehatan mental seperti PTSD, depresi, atau masalah pengontrolan emosi. Hal ini dapat membuat individu lebih rentan untuk menjadi agresif dan melakukan tindak kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain.
Namun perlu diingat bahwa kekerasan bukan hanya terjadi pada individu yang mengalami masalah mental atau pengalaman traumatis saja, tetapi juga dapat terjadi pada individu yang tidak mengalami masalah tersebut. Kekerasan dapat terjadi karena banyak faktor yang saling berinteraksi dan tidak hanya dapat direduksi hanya dengan mengatasi masalah individu saja.
Penting untuk dicatat bahwa kekerasan bukan hanya terjadi dalam bentuk fisik saja, akan tetapi juga bisa terjadi dalam bentuk verbal, ekonomi, atau seksual. Ada berbagai intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kekerasan, mulai dari pendidikan, intervensi klinis, hukum dan sosialisasi.
Posting Komentar untuk "Kekerasan"